Judul Buku : Balita Pun Hafal Al-Qur’an
Penulis
: Salafuddin Abu Sayyid
Penerbit
: Tinta Medina (Tiga Serangkai) Solo
Al-Qur’an merupakan cahaya dan petunjuk untuk kehidupan
manusia, sebagaimna Allah jelaskan,“Hai manusia, sesungguhnya telah datang
kepadamu bukti kebenaran dari Rabbmu, (Muhammad dengan mu’jizatnya) dan telah
kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al-Qur’an).”(QS.
An-Nisa’: 174)
Lalu bagaimana caranya agar cahaya Al-Qur’an bisa
dimanfaatkan? Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa. “Al-Qur’an adalah
jamuan Allah, maka sambutlah hidangan-Nya semampu kalian,
sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah cahaya petunjuk, cahaya yang jelas, obat yang
bermanfaat, dan penjaga bagi yang berpegang teguh kepadanya.” (HR.
al-Hakim)
Ternyata, dari zaman ke zaman, muncul “anak-anak istimewa”
yang menyambut hidangan-Nya itu. Mereka lahir untuk menggantikan
generasi sebelum mereka. Mereka telah menyambut cahaya Al-Qur’an melalui usaha
dan potensi kekuatan hafalan yang mereka miliki. Al- Qur’an adalah kalamullah yang
mudah dihafalkan. (QS. Al-Qamar : 17)
Kita sering mendengar cerita tentang anak kecil yang telah
hafal Al-Qur’an. Akan tetapi, mungkin hal itu sekadar menjadi informasi yang
berlalu begitu saja. Atau mungkin malah sebagian dari kita tidak percaya dengan
kenyataan itu. Tidak percaya karena kita mungkin belum sempat mendapatkan
informasi tentang anak-anak yang istimewa itu secara detail; mengapa lahir anak
yang luar biasa seperti itu, bagaimana peran kedua orang tua dan juga
lingkungan tempat mereka berada, serta berbagai hal lainnya yang menyebabkannya
menjadi anak yang istimewa. Mungkin juga, sebagian kita belum sampai melihat
sosok-sosok mereka.
Buku, “Balita pun Hafal Al-Qur’an” ini, telah memberikan
kontribusi yang sangat dahsyat bagi calon para pembacanya. Bagaimana tidak,
buku ini berisi potret manusia masa kini yang menjadi penerus generasi Qur’ani.
Mereka adalah anak-anak belia, bahkan di antaranya masih balita (bawah lima
tahun). Namun, mereka sudah hafal Al-Qur’an secara sempurna 30 juz. Bukan hanya
hafal ayat-ayatnya saja, melainkan juga hafal nomor ayat dan tata letaknya.
Selain itu, mereka juga mampu memahami dan mempraktikkan denga baik
kaidah-kaidah tajwid. Bahkan, di antara mereka ada yang telah memahami
kandungan ayat dengan baik dan bisa berdalil dengannya. Subhanallah
Beberapa doktor cilik –atas kehendak Allah- yang
ditampilkan dalam buku ini cukup mewakili golongan yang disebut oleh Nabi dan
idola kita (Muhammad Saw.) sebagai “keluarga Allah dan manusia spesialnya” (ahlullah
wa khashshatuhu). Insya Allah, beberapa profil yang ditampilkan dalam buku
ini akan dapat menginspirasi kita, baik sebagai orang tua yang bercita-cita
mencetak anak seperti mereka, atau ingin menjadi hafizh sekalipun sudah tua,
maupun sebagai anak belia atau pemuda yang dapat mengambil keteladanan dari
mereka.
Dalam buku ini; masih bagian pertama, tidak
hanya menampilkan sebuah potret mu’jizat abad ke 21 - anak spesial yang berumur
balita hingga 11 tahun yang sudah memahami dan menghafal Al-Qur’an -, melainkan
membuktikan bahwa mereka, anak-anak belia yang sudah meraih gelar hafizh,
ternyata di sekolahnya juga meraih predikat anak yang berprestasi. Inilah juga
yang menarik dari buku ini. Ada kekhawatiran di antara sebagian orang tua bahwa
jika anaknya mengikuti halaqah tahfizhul qur’an,pelajaran
sekolahnya akan terganggu. Kekhawatiran seperti itu hanyalah ilusi yang sama
sekali tidak berdasarkan fakta. Kenyataan yang terjadi malah sebaliknya.
Buku karya Ustadz Salafuddin Abu Sayyid ini, telah
menunjukkan realita anak-anak yang aktif dihalaqah tahfizh, terutama
yang menonjol tahfizh-nya, justru merekalah yang juga unggul dalam
hal prestasi di sekolahnya. Kenyataan juga membuktikan bahwa anak-anak yang
tahfizh-nya bagus adalah mereka yang juga meraih prestasi mumtaz
(excellent) di bidang akademiknya. Hal ini telah dibuktikan oleh SMPIT
Ma’had Ibnu Abbas Klaten, Jawa tengah dan oleh MATIQ Isy Karima Karanganyar,
Solo. Mereka yang disiplin dalam menghafal Al-Qur’an adalah mereka yang juga
disiplin dalam segala hal, termasuk dalam hal belajar dan mendalami mata
pelajaran sekolah. Wajar jika ternyata mereka yang meraih prestasi akademik
adalah yang berprestasi pula dalam hal hafalan Al-Qur’annya. Cahaya Al-Qur’an
tidak hanya memberikan warna kepada prestasi akademiknya, melainkan
menyempurnakan warna- warni keindahan akhlaknya.
Di bagian kedua, jiwa-jiwa penggugah
juga mampu mencerahkan bumi ini hingga ke syurga nanti. Mereka yang berusia
senja tidak mau kalah dengan yang belia. Bagi mereka, belajar dan menghafal itu
tidak pernah mengenal usia seseorang. Hal yang terpentng adalah niat yang kuat,
semangat yang membaja, dan tekad yang bulat, diiringi dengan senantiasa memohon
pertolongan kepada Allah Swt. Akhirnya, mereka pun berhasil membuktikan apa
yang mereka yakini itu. Mereka berhasil menjadi hafizh-hafizhah Al-Qur’an saat
usianya telah berkepala lima, enam, tujuh, bahkan ada yang sudah berkepala
delapan. Usia yang sudah sangat senja menurut kita untuk sebuah proyek
menghafal Al-Qur’an. Saat mendekati usia “pikun” , mereka masih berlomba dengan
sang anak dan cucu untuk menjadi hafizh al-Qur’an. Akhirnya, Allah pun berkenan
mewujudkan impian mereka.
Lebih menakjubkan lagi, di antara mereka ada yang berprofesi
sebagai sopir, dokter, dan tukang jahit yang buta huruf. Sebuah pekerjaan yang
barangkali menurut hemat kita terlalu jauh hubungannya dengan tahfizhul-qur’an.
Akan tetapi, itulah yang terjadi. Segudang kesibukannya tidak menjadi
penghalang mereka untuk meraih gelar Sang Pencerah, Hafizh Al-Qur’an.
Ambisi yang tinggi, kesabaran, serta pengorbanan adalah makna-makna positif nan
indah yang telah mereka wujudkan dalam kehidupannya guna mencapai cita-cita
luhur yang bersemayam di dalam hatinya.
Para Sang Pencerah lainnya yang mencerahkan hati kita agar
makin cinta kepada Al-Qur’an yang mulia, juga disajikan dalam buku ini. Mereka
yang mengalami keterbatasan fisik atau mereka yang dalam kondisi tidak aman,
seperti yang dialami oleh anak-anak Palestina tidak mau kalah dengan
orang-orang yang normal atau dalam kondisi aman. Mereka berlomba menghafalkan
Al-Qur’an. Luar biasa!. Sebuah potret zaman modern yang patut mendapatkan
perhatian seluruh umat Islam, yang mencintai Al-Qur’an dan meyakininya sebagai
panutan (imam) dan pegangan dalam kehidupan.
Tidak kalah menakjubkan dari buku ini adalah kisah-kisah
unik dan ajaib para penghafal Al-Qur’an. Di bagian terakhir (ketiga) dalam buku
ini, Anda mungkin sebagai calon pembaca buku “Balita pun hafal Al-Qur’an” akan
terkesima, terharu, dan tercerahkan. Karena di bagian ini, ada banyak kisah
ajaib, unik, dan bahkan mungkin menurut banyak orang mustahil kebenarannya. Namun,
kisah yang telah dipaparkan di buku ini sungguh nyata. Salah satu dari beberapa
kisah ajaib dan unik tersebut adalah kisah Syekh Amir Sayyid Utsman.
Syekh Amir adalah salah seorang ulama yang sangat menonjol dalam ilmu tajwid, qira’ah,
rasm,dan ilmu-ilmu lainnya yang terkait dengan Al-Qur’an. Beliau adalah
sosok yang luar biasa serta memiliki karamah yang unik. Ketika itu, beliau
berbaring di rumah sakit. Seperti diketahui, sudah cukup lama beliau tidak
bersuara. Namun, hari itu para perawat di rumah sakit dikejutkan oleh sang
syekh, yang sudah bertahun-tahun kehilangan pita suara. Mereka mendapati beliau
sedang duduk sambil menyenandungkan bacaan Al-Qur’an dengan suara yang nyaring
dan merdu selama tiga hari, padahal sebelumnya tidak lagi mampu bersuara.
Beliau pun mengkhatamkan bacaan hafalan Al-Qur’an mulai Surat al-Fatihah hingga
Surat an-Naas. Setelah itu, ajalpun tiba. Semoga Allah memuliakan beliau dan
kita semua dengan husnul khatimah.
Kisah di atas hanyalah salah satu kisah dari beberapa kisah ajaib dan unik dari
bagian ketiga buku ini. Di antara kisah-kisah ajaib dan unik lainnya adalah:
tumor otak hilang ketika hafal Al-Qur’an, mulut menyebarkan aroma wangi
kasturi, menangis karena lupa letak satu ayat, membaca Al-Qur’an saat tertidur,
dan mereka yang memiliki kecepatan luar biasa dalam menghafal Al-Qur’an, serta
wanita yang selama 40 tahun berbicara menggunakan ayat Al-Qur’an.
Semua itu menunjukkan bahwa Al-Qur’an benar-benar terpelihara, sejak diturunkan
oleh Allah kepada Rasulullah Saw. melalui malaikat jibril, kemudian disampaikan
oleh beliau kepada umat ini hingga hari kiamat. Al-Qur’an senantiasa dihafal
dan dibaca sampai khatam oleh umat Islam secara berulang-ulang hingga tak
terhitung jumlahnya. Imam Nawawi pernah berkata, “Diceritakan kepada kami
tentang imam Abdullah bin Idris al-Kufi bahwa ketika ia hendak meninggal,
putrinya menangis. Lantas ia berkata, ‘janganlah menangis, Putriku! Sebab aku
telah mengkhatamkan Al-Qur’an di rumah ini sebanyak empat ribu kali.”
Menurut saya, buku ini wajib dibaca oleh semua orang yang mengaku Islam,
khususnya warga Solo Berseri. Karena, akan menginspirasi wong Solo untuk terus
semangat menghafal al-Qur’an, melahirkan anak-anak Qur’ani dan menjadikan Kota
Solo ini tidak hanya berseri, melainkan juga bersyar’i. Bahasa yang digunakan
dalam buku ini sangat ramah dan penuh maksud dakwah. Sehingga buku ini sangat
renyah dibaca. Selain itu, buku ini dilengkapi dengan apendiks yang
lebih menggairahkan para pembaca untuk mengambil keutamaan dari belajar
Al-Qur’an, membaca dan menghafalkannya. Hanya saja, buku ini bisa menjadi lebih
menarik jika figur yang ditampilkan tidak hanya dari produk Arab (ekstern).
Melainkan juga menampilkan potret anak-anak/ keluarga sholeh Indonesia (intern)
yang berhasil meraih gelar hafizh.
Sumber:
http://www.facebook.com/notes/muchtar-syafii-danz/resensi-balita-pun-hafal-al-quran/10150616783091127
Assalammu'alaikum wr wb
ReplyDeleteSubhannallah...........!
Harusnya seng gerang-gerang ngene kisinan......
tapi...?? !!!
Masya Alloh...semoga ada diantara salah satu atau dua atau tiga anak cucu kita yang hafidz..
ReplyDelete