Sunday, September 23, 2012

Resensi : Balita pun Hafal Al Qur'an





Judul Buku      : Balita Pun Hafal Al-Qur’an
Penulis            : Salafuddin Abu Sayyid
Penerbit          : Tinta Medina (Tiga Serangkai) Solo


Al-Qur’an merupakan cahaya dan petunjuk untuk kehidupan manusia, sebagaimna Allah jelaskan,“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Rabbmu, (Muhammad dengan mu’jizatnya) dan telah kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al-Qur’an).”(QS. An-Nisa’: 174)
Lalu bagaimana caranya agar cahaya Al-Qur’an bisa dimanfaatkan? Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa. “Al-Qur’an adalah jamuan Allah, maka sambutlah hidangan-Nya semampu kalian, sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah cahaya petunjuk, cahaya yang jelas, obat yang bermanfaat, dan penjaga bagi yang berpegang teguh kepadanya.” (HR. al-Hakim)
Ternyata, dari zaman ke zaman, muncul “anak-anak istimewa” yang menyambut hidangan-Nya itu. Mereka lahir untuk menggantikan generasi sebelum mereka. Mereka telah menyambut cahaya Al-Qur’an melalui usaha dan potensi kekuatan hafalan yang mereka miliki. Al- Qur’an adalah kalamullah yang mudah dihafalkan. (QS. Al-Qamar : 17)
Kita sering mendengar cerita tentang anak kecil yang telah hafal Al-Qur’an. Akan tetapi, mungkin hal itu sekadar menjadi informasi yang berlalu begitu saja. Atau mungkin malah sebagian dari kita tidak percaya dengan kenyataan itu. Tidak percaya karena kita mungkin belum sempat mendapatkan informasi tentang anak-anak yang istimewa itu secara detail; mengapa lahir anak yang luar biasa seperti itu, bagaimana peran kedua orang tua dan juga lingkungan tempat mereka berada, serta berbagai hal lainnya yang menyebabkannya menjadi anak yang istimewa. Mungkin juga, sebagian kita belum sampai melihat sosok-sosok mereka.
Buku, “Balita pun Hafal Al-Qur’an” ini, telah memberikan kontribusi yang sangat dahsyat bagi calon para pembacanya. Bagaimana tidak, buku ini berisi potret manusia masa kini yang menjadi penerus generasi Qur’ani. Mereka adalah anak-anak belia, bahkan di antaranya masih balita (bawah lima tahun). Namun, mereka sudah hafal Al-Qur’an secara sempurna 30 juz. Bukan hanya hafal ayat-ayatnya saja, melainkan juga hafal nomor ayat dan tata letaknya. Selain itu, mereka juga mampu memahami dan mempraktikkan denga baik kaidah-kaidah tajwid. Bahkan, di antara mereka ada yang telah memahami kandungan ayat dengan baik dan bisa berdalil dengannya. Subhanallah
Beberapa doktor cilik –atas kehendak Allah- yang ditampilkan dalam buku ini cukup mewakili golongan yang disebut oleh Nabi dan idola kita (Muhammad Saw.) sebagai “keluarga Allah dan manusia spesialnya” (ahlullah wa khashshatuhu). Insya Allah, beberapa profil yang ditampilkan dalam buku ini akan dapat menginspirasi kita, baik sebagai orang tua yang bercita-cita mencetak anak seperti mereka, atau ingin menjadi hafizh sekalipun sudah tua, maupun sebagai anak belia atau pemuda yang dapat mengambil keteladanan dari mereka.
Dalam buku ini; masih bagian pertama, tidak hanya menampilkan sebuah potret mu’jizat abad ke 21 - anak spesial yang berumur balita hingga 11 tahun yang sudah memahami dan menghafal Al-Qur’an -, melainkan membuktikan bahwa mereka, anak-anak belia yang sudah meraih gelar hafizh, ternyata di sekolahnya juga meraih predikat anak yang berprestasi. Inilah juga yang menarik dari buku ini. Ada kekhawatiran di antara sebagian orang tua bahwa jika anaknya mengikuti halaqah tahfizhul qur’an,pelajaran sekolahnya akan terganggu. Kekhawatiran seperti itu hanyalah ilusi yang sama sekali tidak berdasarkan fakta. Kenyataan yang terjadi malah sebaliknya.
Buku karya Ustadz Salafuddin Abu Sayyid ini, telah menunjukkan realita anak-anak yang aktif dihalaqah tahfizh, terutama yang menonjol tahfizh-nya, justru merekalah yang juga unggul dalam hal prestasi di sekolahnya. Kenyataan juga membuktikan bahwa anak-anak yang tahfizh-nya bagus adalah mereka yang juga meraih prestasi mumtaz (excellent) di bidang akademiknya. Hal ini telah dibuktikan oleh SMPIT Ma’had Ibnu Abbas Klaten, Jawa tengah dan oleh MATIQ Isy Karima Karanganyar, Solo. Mereka yang disiplin dalam menghafal Al-Qur’an adalah mereka yang juga disiplin dalam segala hal, termasuk dalam hal belajar dan mendalami mata pelajaran sekolah. Wajar jika ternyata mereka yang meraih prestasi akademik adalah yang berprestasi pula dalam hal hafalan Al-Qur’annya. Cahaya Al-Qur’an tidak hanya memberikan warna kepada prestasi akademiknya, melainkan menyempurnakan warna- warni keindahan akhlaknya.
Di bagian kedua, jiwa-jiwa penggugah juga mampu mencerahkan bumi ini hingga ke syurga nanti. Mereka yang berusia senja tidak mau kalah dengan yang belia. Bagi mereka, belajar dan menghafal itu tidak pernah mengenal usia seseorang. Hal yang terpentng adalah niat yang kuat, semangat yang membaja, dan tekad yang bulat, diiringi dengan senantiasa memohon pertolongan kepada Allah Swt. Akhirnya, mereka pun berhasil membuktikan apa yang mereka yakini itu. Mereka berhasil menjadi hafizh-hafizhah Al-Qur’an saat usianya telah berkepala lima, enam, tujuh, bahkan ada yang sudah berkepala delapan. Usia yang sudah sangat senja menurut kita untuk sebuah proyek menghafal Al-Qur’an. Saat mendekati usia “pikun” , mereka masih berlomba dengan sang anak dan cucu untuk menjadi hafizh al-Qur’an. Akhirnya, Allah pun berkenan mewujudkan impian mereka.
Lebih menakjubkan lagi, di antara mereka ada yang berprofesi sebagai sopir, dokter, dan tukang jahit yang buta huruf. Sebuah pekerjaan yang barangkali menurut hemat kita terlalu jauh hubungannya dengan tahfizhul-qur’an. Akan tetapi, itulah yang terjadi. Segudang kesibukannya tidak menjadi penghalang mereka untuk meraih gelar Sang Pencerah, Hafizh Al-Qur’an. Ambisi yang tinggi, kesabaran, serta pengorbanan adalah makna-makna positif nan indah yang telah mereka wujudkan dalam kehidupannya guna mencapai cita-cita luhur yang bersemayam di dalam hatinya.
Para Sang Pencerah lainnya yang mencerahkan hati kita agar makin cinta kepada Al-Qur’an yang mulia, juga disajikan dalam buku ini. Mereka yang mengalami keterbatasan fisik atau mereka yang dalam kondisi tidak aman, seperti yang dialami oleh anak-anak Palestina tidak mau kalah dengan orang-orang yang normal atau dalam kondisi aman. Mereka berlomba menghafalkan Al-Qur’an. Luar biasa!. Sebuah potret zaman modern yang patut mendapatkan perhatian seluruh umat Islam, yang mencintai Al-Qur’an dan meyakininya sebagai panutan (imam) dan pegangan dalam kehidupan.
Tidak kalah menakjubkan dari buku ini adalah kisah-kisah unik dan ajaib para penghafal Al-Qur’an. Di bagian terakhir (ketiga) dalam buku ini, Anda mungkin sebagai calon pembaca buku “Balita pun hafal Al-Qur’an” akan terkesima, terharu, dan tercerahkan. Karena di bagian ini, ada banyak kisah ajaib, unik, dan bahkan mungkin menurut banyak orang mustahil kebenarannya. Namun, kisah yang telah dipaparkan di buku ini sungguh nyata. Salah satu dari beberapa kisah ajaib dan unik tersebut adalah kisah Syekh Amir Sayyid Utsman.
            Syekh Amir adalah salah seorang ulama yang sangat menonjol dalam ilmu tajwid, qira’ah, rasm,dan ilmu-ilmu lainnya yang terkait dengan Al-Qur’an. Beliau adalah sosok yang luar biasa serta memiliki karamah yang unik. Ketika itu, beliau berbaring di rumah sakit. Seperti diketahui, sudah cukup lama beliau tidak bersuara. Namun, hari itu para perawat di rumah sakit dikejutkan oleh sang syekh, yang sudah bertahun-tahun kehilangan pita suara. Mereka mendapati beliau sedang duduk sambil menyenandungkan bacaan Al-Qur’an dengan suara yang nyaring dan merdu selama tiga hari, padahal sebelumnya tidak lagi mampu bersuara. Beliau pun mengkhatamkan bacaan hafalan Al-Qur’an mulai Surat al-Fatihah hingga Surat an-Naas. Setelah itu, ajalpun tiba. Semoga Allah memuliakan beliau dan kita semua dengan husnul khatimah.
            Kisah di atas hanyalah salah satu kisah dari beberapa kisah ajaib dan unik dari bagian ketiga buku ini. Di antara kisah-kisah ajaib dan unik lainnya adalah: tumor otak hilang ketika hafal Al-Qur’an, mulut menyebarkan aroma wangi kasturi, menangis karena lupa letak satu ayat, membaca Al-Qur’an saat tertidur, dan mereka yang memiliki kecepatan luar biasa dalam menghafal Al-Qur’an, serta wanita yang selama 40 tahun berbicara menggunakan ayat Al-Qur’an.
            Semua itu menunjukkan bahwa Al-Qur’an benar-benar terpelihara, sejak diturunkan oleh Allah kepada Rasulullah Saw. melalui malaikat jibril, kemudian disampaikan oleh beliau kepada umat ini hingga hari kiamat. Al-Qur’an senantiasa dihafal dan dibaca sampai khatam oleh umat Islam secara berulang-ulang hingga tak terhitung jumlahnya. Imam Nawawi pernah berkata, “Diceritakan kepada kami tentang imam Abdullah bin Idris al-Kufi bahwa ketika ia hendak meninggal, putrinya menangis. Lantas ia berkata, ‘janganlah menangis, Putriku! Sebab aku telah mengkhatamkan Al-Qur’an di rumah ini sebanyak empat ribu kali.”
            Menurut saya, buku ini wajib dibaca oleh semua orang yang mengaku Islam, khususnya warga Solo Berseri. Karena, akan menginspirasi wong Solo untuk terus semangat menghafal al-Qur’an, melahirkan anak-anak Qur’ani dan menjadikan Kota Solo ini tidak hanya berseri, melainkan juga bersyar’i. Bahasa yang digunakan dalam buku ini sangat ramah dan penuh maksud dakwah. Sehingga buku ini sangat renyah dibaca. Selain itu, buku ini dilengkapi dengan apendiks yang lebih menggairahkan para pembaca untuk mengambil keutamaan dari belajar Al-Qur’an, membaca dan menghafalkannya. Hanya saja, buku ini bisa menjadi lebih menarik jika figur yang ditampilkan tidak hanya dari produk Arab (ekstern). Melainkan juga menampilkan potret anak-anak/ keluarga sholeh Indonesia (intern) yang berhasil meraih gelar hafizh.
Sumber: http://www.facebook.com/notes/muchtar-syafii-danz/resensi-balita-pun-hafal-al-quran/10150616783091127

2 comments:

  1. Assalammu'alaikum wr wb


    Subhannallah...........!
    Harusnya seng gerang-gerang ngene kisinan......
    tapi...?? !!!

    ReplyDelete
  2. Masya Alloh...semoga ada diantara salah satu atau dua atau tiga anak cucu kita yang hafidz..

    ReplyDelete